Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Tak jauh beda dari sosok Sinar beberapa
tahun lalu yang merawat ibunya
yang lumpuh. Kisah mengharukan sekaligus membanggakan datang dari bocah berusia
6 tahun yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Bahkan ia bisa dikatakan
sebagai kepala rumah tangga. Usianya yang jelas masih jauh dari
kata dewasa tak sepadan dengan kegiatan yang dilakukannya
setiap hari. Ali menjadi kuli petik buah langsat di desanya. Setiap hari
membawa tas kecil untuk mengantongai buah langsat yang dipetiknya. Dari jerih
payahnya menjadi kuli petik buah langsat ia mendapatkan upah sebesar 10 ribu
hingga 20 ribu rupiah. Jumlah tersebut harus diputarnya untuk
memenuhi kebutuhan ibu,
kakak dan adiknya.
tahun lalu yang merawat ibunya
yang lumpuh. Kisah mengharukan sekaligus membanggakan datang dari bocah berusia
6 tahun yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Bahkan ia bisa dikatakan
sebagai kepala rumah tangga. Usianya yang jelas masih jauh dari
kata dewasa tak sepadan dengan kegiatan yang dilakukannya
setiap hari. Ali menjadi kuli petik buah langsat di desanya. Setiap hari
membawa tas kecil untuk mengantongai buah langsat yang dipetiknya. Dari jerih
payahnya menjadi kuli petik buah langsat ia mendapatkan upah sebesar 10 ribu
hingga 20 ribu rupiah. Jumlah tersebut harus diputarnya untuk
memenuhi kebutuhan ibu,
kakak dan adiknya.
Ali menjadi kuli petik buah langsat untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hebatnya,
bocah berusia 6 tahun tersebut juga mengurus ibunya yang
tuna netra, kakaknya yang keterbelakangan mental serta adiknya yang masih
berusia 3 tahun. Ia tak pernah lelah membantu sang ibu memasak dan menyuapi ibu serta adiknya setiap hari sebelum ia berangkat pagi kesekolah
dan kerja menjadi kuli petik buah langsat milik orang lain. Kehidupan yang
seperti Ali mungkin saja membuat orang lain mengeluh, tetapi tidak dengan Ali.
Ia justru menjadi sosok yang bisa membagi waktu antara sekolah dan mengurusi
sang ibu, kakak perempuannya serta adiknya.
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hebatnya,
bocah berusia 6 tahun tersebut juga mengurus ibunya yang
tuna netra, kakaknya yang keterbelakangan mental serta adiknya yang masih
berusia 3 tahun. Ia tak pernah lelah membantu sang ibu memasak dan menyuapi ibu serta adiknya setiap hari sebelum ia berangkat pagi kesekolah
dan kerja menjadi kuli petik buah langsat milik orang lain. Kehidupan yang
seperti Ali mungkin saja membuat orang lain mengeluh, tetapi tidak dengan Ali.
Ia justru menjadi sosok yang bisa membagi waktu antara sekolah dan mengurusi
sang ibu, kakak perempuannya serta adiknya.
Secara tidak langsung, Ali mengajarkan pada kita untuk
tidak mengeluh dan seperti apapun, hidup harus tetap dijalani. Amazing...
tidak mengeluh dan seperti apapun, hidup harus tetap dijalani. Amazing...