MENJAGA hubungan cinta dari perselingkuhan ibarat memelihara kristal agar tak retak sedikitpun. Karenanya, perlu ada pemeliharaan khusus agar tali cinta yang dibina tetap terjaga keutuhannya.
Persepsi memertahankan lebih sulit daripada membangun mungkin ada benarnya. Hal itu pun berlaku dalam memertahankan keutuhan sebuah hubungan di tengah ancaman godaan yang mengitari. Godaan tersebut dapat berupa pertengkaran internal hingga perselingkuhan yang sifatnya eksternal
Menyoal perselingkuhan, misalnya. Hal tersebut tak hanya menjadi milik publik figur semata yang kebetulan tersorot publik. Realitanya, hal itu pun terjadi pada masyarakat biasa yang jauh dari sorot kamera.
Hal itu pun diamini psikolog Efnie Indriani yang juga Kepala Bidang Kajian Psikologi Perkembangan, Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, Bandung, saat dihubungi okezone melalui sambungan telepon, Jumat (16/12/2011).
Dituturkannya, perselingkuhan merupakan salah satu bentuk problem yang secara umum muncul dikarenakan adanya ketidakpuasan dengan pasangan, baik dalam relasi pacaran ataupun menikah. Tak jarang, mereka pun mencoba mencari-cari yang lain dan seringnya tanpa disadari, mereka menemukan dengan sosok yang cocok dan bisa memenuhi hal yang tak bisa dipenuhi pasangan sendiri.
Mengingat rentannya ancaman tersebut, Efnie pun menyarankan bagi pasangan untuk senantiasa mengagungkan komunikasi.
“Komunikasi itu sangatlah penting. Dalam budaya kita, kurang komunikasi akan menjadi masalah utama dalam hubungan sehingga tak jarang mereka mencoba hubungan lain yang lebih memuaskan,” paparnya.
Selain komunikasi, Efnie pun memberikan masukan bagi pasangan agar selalu membuat kesepakatan terhadap pasangan dan kemudian mendiskusikannya untuk mengetahui keinginan masing-masing dan selanjutnya mencoba memfasilitasinya.